Oligarki Politik, Oligarki Media

oligarki politik media di komunikasi unisa

Diskusi Ilmiah Bersama Komunikasi (DIBKOM) Universtias Aisyiyah Yogyakarta mengangkat tema Politik dan Media. Tema tersebut seiring dengan tahun politik, dimana pada tanggal 17 April besok akan berlangsung Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakilnya, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat Propinsi serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat Kabupaten/Kota. Erwin Rasyid, Dosen Prodi Komunikasi UNISA yogyakarta  menyampaikan bahwa saat ini media mainstream mempunyai afiliasi dengan partai politik. Media massa terus mengalami perkembangan dan saat ini telah berkembang media baru (media sosial) sehingga terjadi banjir informasi Informasi hoax mudah viral yang seingkali menimbulkan kebingungan bahkan sampai terjadi polarisasi di masyarakat., mahasiswa harus dapat memilah dan memilih berita yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Subhi Ridho mengungkapkan bahwa saat sini terjadi oligarki politik dan oligarki media. Oligarki politik ditandai dengan kebijakan atau keputusan partai dikuasai oleh segelintir orang. Sedangkan oligarkhi media ditandai dengan penguasaan media oleh segelintir orang. Pemilik media di Indonesia tidak lebih dari 15 orang,imbuhnya. Media di  Indonesia terus mengalami perkembangan.  Tahun 60-an muncul media televisi, tahun 1995/1996 muncul internet dan saat ini berkembang berbagai media baru yang mempermudah proses komunikasi. Kehadiran media baru menyebabkan pola interaksi masyarakat juga berubah.

Menjelang pemilu, perkembangan informasi hoax menjadi sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Mahasiswa sebagai garda terdepan perubahan bagi sebuah Negara harus dapat berpartisipasi dalam menangkal berbagai informasi hoax dengan mengembangkan informasi-informasi yang membangun. Literasi media kepada masyarakat luas menjadi hal penting yang sudah semestinya dilakukan oleh mahasiswa Komunikasi UNISA (Universitas ‘Aisyiyah) Yogyakarta. Penggunaan data yang valid dapat membantu mempermudah dalam melakukan literasi ke masyarakat luas sehingga tidak mudah mempercayai bahkan meneruskan informasi yang belum jelas kebenaran atau sumbernya. Kontribusi mahasiswa tersebut diharapkan dapat meminimalkan perpecahan atau polarisasi di masyarakat dan mampu mendorong masyarakat agar senantiasa bertabayyun terhadap berbagai informasi yang diterima, ungkap Wuri Rahmawati, Kaprodi Komunikasi UNISA Yogyakarta.